Jumat, 01 November 2013

Lilinku akan meredup

kau tegakkan lilin yang tersungkur di atas meja. batang lilin kau pegang dan menyulut sumbunya dengan korek api. sekejap redupannya membuat bayangan kita tersorot di tanah. aku dan kamu menjadi bayangan nyata yang hidup. aku dan kamu dulu hanya sebuah pelengkap saat kau jatuh. menggandengmu dengan tangan dan mendekapmu dengan kehangatan. namun sekarang, meja ini seperti di kelilingi miss cupid. berebut ingin duduk bersama kita, menyahut sebuah lara yang terpendam. 

aku dan kamu adalah jarak, aku dan kamu tidak bisa membuat hatiku dan hatimu menjadi hati kita. aku hanya bisa mendengar suara dari bibirmu, atau kau yang hanya bisa melihat hatiku dengan kedua matamu. aku dan kamu tetap tidak bisa seiring mendegupkan hati kita. aku dan kamu adalah makhluk yang terpisah.

"dingin sekali tanganmu, apa kau tak enak badan ?" rangkulnya penuh kekhawatiran
"tidak, aku hanya sedikit gugup di balik meja ini" sungging bibirku ingin memecahkan keheningan.
"mocha yang kau pesan hampir dingin" dia mencoba mengingatkanku

ku raih cangkir keramik dan menadahkan di atas lepek. ku seduh perlahan. ratusan tetes masuk kerongkongan yang membuat lamunan. tanpa sengaja, aku memerhatikan percikan api di atas sumbu lilin. api yang bergoyang, tersapu oleh angin. sekejap dan perlahan lilin itu menjatuhkan diri. dia merasa panas. tapi dia ingin menerangi insan yang haus akan cahaya.

***

Ara

aku lelah menjadi budak cinta. aku lelah merubah aura bahagiaku menjadi nestapa. aku lelah duduk di atas awan yang berduri. aku lelah mengepakkan tangan untuk terbang. 

"apa yang kau mau ? tidakkah selama ini aku memperhatikanmu!!!" tegasku
"aku butuh kamu dan aku butuh perhatianmu " bentaknya
"tidakkah kamu tau aku dan tugas - tugasku sudah cukup seperti pacar, mereka menguji kesabaran dan usahaku, dan akan berjanji memberikan aku hasil yang nyata. tapi kamu apa ? selama ini aku bersabar dengan kesibukanmu, tapi kenapa di saat aku seperti ini kamu seperti babi dungu !" perasaan yang sudah membuatku naik pitam
"ya aku memang seperti ini. aku ingin di perhatikan dan aku cuek"

jika lidi ditusukkan ke nadiku dengan keras, mungkin bisa mematikanku. aku ingin teriak, tapi pita suara sedang membisu. dada yang ingin aku lempar jauh di sampah. terbakar , hangus, dan jadi abu. tapi apa daya. aku wanita yang lumpuh.

***

Tama

lirihku yang terhenti di kamu. nafasku yang kau rebut. nyanyian yang tersebar di sepanjang jalan. sepanjang dimana kita berjalan. mengenalmu adalah anugrah dan memilikimu adalah keindahan.  jika kau pergi dalam sebuah keegoan, lalu dimana aku bisa mengambil kembali separuh nafasku.

 "apa yang kau lakukan ?" tanyaku
tanpa kata, dia menyambar gadget yang ada di genggamanku
"apa yang kau lakukan ?" tanyaku lagi
"aku tidak melakukan apa - apa " jawabnya singkat
"lalu maksudmu ini apa ?" tegasku kembali
"sudahlah, aku bosan dengan kamu yang selalu mengatur - atur hidupku. tidakkah ini milikku, kenapa kau lancang mengobrak abrik isinya" jawabnya ketus membuat orang disekeliling meja kita menghentikan kunyahannya.

entah apa yang meracuni gadis manisku ini. genap satu tahun kita menjalin kasih. kenapa dengan seenaknya membuang sia - sia. aku yang sudah tertekan dengan kanker di otak, tak ingin berfikir banyak. biar hatiku saja, aku rasa dia lebih mampu.

***

peluh kita menjadi satu. satu jejak yang menapaki belenggu. kaku yang memilu menopang aku dan kamu. 

sering sekali aku membuatmu tertawa sinis saat aku menyinggung mantan kekasihmu. sebalikknya kamu, selalu menggoda aku akan kegalauanku. hang out berdua bukan lagi hal asing dan spesial bagi aku dan kamu.
bibir di antara kita memang tidak bisa menyuarakan, tapi gerikku dan kamu yang membacakan isi hati.

di suatu sore kau mengajakku di taman, belakang kampus. aku tahu kalau kau mengajakku berarti hatimu sedang jenuh. dan aku menemanimu tanpa ada harapan.
langsung aku ambil langkah menuju bangku panjang, aku duduk dengan membawa pena dan notes. kau menyusul dengan langkah perlahan.
kau menghabiskan sore dengan lamunan kosong. aku tak menghiraukan. ku sibukkan fikiranku dengan pena yang ku pegang.
melihat kemuramanku di atas lembaran kertas, tanpa berfikir banyak, kau sudah tau apa yang ku lakukan dan lagi - lagi kau menertawakanku saat aku melampiaskan kekesalkan di atas kertas dan membuangnya ke bak sampah. dengan cueknya aku tak mempedulikan ocehannya.

kau yang terlihat gelisah di atas bangku taman, mengayunkan kaki berirama. pandangan yang jauh dari alam pikiran. aku melihatnya , seperti aku merasakannya. aku dan kamu yang selalu bersama, membuatku lupa sakitnya tamparan - tamparan orang tersayang. mungkin kamu juga merasakan, atau biasa saja. entahlah, aku dan kamu memang sebuah jarak yang tak berjengkal.

aku dan kamu seperti jari telunjuk dan punggung telapak tangan, kita dekat , kita satu ruas. tapi, jari telunjuk tidak akan pernah bisa menggapai punggung telapak tangan. mereka hanya tau saat jari terluka atau punggung telapak tangan yang terkilir. tapi mereka tidak akan pernah bisa mengobati, mereka hanya pelengkap yang membuat sempurna.

***

lilin yang terlelap dalam api membuatku teringat saat kau menyalakan dan membiarkan padam tertelan angin. dan menyulutkan kembali dalam kebekuan.
aku seperti lilin yang kau nyalakan saat merasa gelap. deruh api yang menghabiskan sumbu membuat semakin samar kehadiranku. rasakanlah hangatnya api dan matikanlah seluruh bohlam , agar aku tau cahayaku. karna lilinku tak lama lagi akan padam.


aku dan kamu, jari telunjuk dan punggung telapak tangan, adalah jarak dan cahaya lilin yang semakin meredup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar