Sabtu, 02 November 2013

KALIAN ADALAH ANUGRAH HIDUPKU


Wajah yang terus berlalu. Sekarang bahasan bukan lagi karena cinta atau sakit hati, tapi sebuah anugrah. Anugrah yang tanpa aku sadari ada. anugrah yang ternyata diam – diam menyelinap di kehidupanku.
Akan ku awali. Aku bukanlah orang yang pandai menulis, aku orang yang malas mau ngapa – ngapain. Aku dan kehidupanku saat itu biasa – biasa saja. Mungkin aku tidak pernah mengambil sisi positif dari apa yang dinamakan kecewa. Mulai dari itu dan saat kekecewaan itu datang dari sekian kalinya, aku mencoba mengambil anugrah apa yang diberikan Tuhan.

Pada tahun 2011, aku dipertemukan oleh seseorang yang tak aku sangka aku akan mencitainya sepenuh air di samudra. Sebut saja dia Galih, awal kedekatanku mungkin terlalu panjang jika saya jabarkan dan itu sudah saya jabarkan pada postingan lawas paling awal sendiri. Langsung pada akhir. aku dan nya mengakhiri hubungan itu karena kita tidak sepaham –agama. Aku sangat mencintainya dan dia juga sebaliknya. hal yang membuat aku geli, ketika dia berkata untuk menjadi selingkuhan saat sudah punya pasangan masing – masing. Itu satu diantara guyonannya yang bikin aku rindu.

Aku rasa cukup. 
Perjalanan cinta kita memang bukan hal yang pertama, tapi bagiku itu hal pertama yang memilukan –kehilangannya. Di saat awal kepergiannya membuat aku kehilangan satu kaki, 5 jari, secuil hati, dan seluruh ujung saraf. Semua rasanya mati. Tidak ada yang mendengarkan ceritaku saat itu, maka ku putuskan untuk menulisnya. Awal aku bikin langsung 5 lembar. Dan aku cetak, sekarang terselip di salah satu catatan biologiku. Tidak lama kemudian aku mengenal blog. Di situ aku ingin membuang seluruh beban yang ditinggalnya. Berharap dan bermimpi suatu saat nanti ceritaku ini akan masuk layar lebar, eh selang beberapa bulan, ada film yang mengisahkan sama dengan kisahku “cinta tapi beda” kalo ga salah itu judulnya. Aku kroscek asal usul film itu, dan ternyata seorang sutradara membaca blog dari seorang cewek , sebut saja dwitasari yang mengisahkan perbedaan. Karena tertarik, maka karya pertamanya sebelum di filmkan yaitu diterbitkan sebuah novel yang berjudul raksasa dari jogja. Huh.. semenjak itu, aku berhenti menulis tentangnya. Karna aku ga pengen di anggap niru – niru.

Langsunglah semangatku yang semakin meluap. Keinginanku untuk belajar menulis mulai terpacu. Mengikuti organisasi yang terfokus pada tulisan, namun yang aku cari tidak dapat. Aku putuskan untuk keluar dan fakum 3 bulan. Setelah itu ada perekrutan wartawan kampus. Waahh , aku semakin menjadi jadi. Tanpa banyak fikir Aku langsung bilang “sanggup ikut” . kehilangan tujuan. Tapi agar hidupku tidak galau akan postinganku yang ga penting di blog. 2 bulan berjalan dan aku memenuhi persyaratan untuk menjadi waratwan kampus, menulis situs resmi kampus, mengisi future di majalah, jurnal wisuda, sampai Koran surya. Sungguh hal yang luar biasa. Inilah anugrahku , terima kasih. Lukaku terbayar bukan karna mendapatkan pengganti yang lebih baik darimu, tapi sebuah kesempatan.

Yang ke dua,
Tahun 2012, mantan pacarku adalah seorang enginer di salah satu institute ternama di Surabaya. kecintaannya pada robot sejak SMA memang tidak bisa ditinggalkan. Berbagai penghargaan telah di raih. Aku kagum kepandaiannya. Namun karena suatu hal, kita berpisah, mungkin sempat kita menyambung kembali hubungan ini, tapi tidak berhasil. Anggap saja memasang kembali cuilan pot yang sudah pecah. Secara tampilan dan kekuatan, sangat rapuh.

Okelah , 8 bulan kemudian. Disela sela kesibukanku sebagai wartawan kampus, salah satu teman sekelas menawari aku untuk meliput sebuah acara besar, yaitu KRI tingkat regional. Dengan sangat senengnya aku mengiyakan. Seminggu sebelum acara di mulai, dia meminta aku untuk menemani rapat panitia. Karna aku merasa dia sudah ada niat untuk mendukungku, aku sanggupi. Alhasil tujuanku bukan hanya meliput acara itu,tapi menjadi bagian dari panitia. Sang mantan yang masih saja menghubungi aku ternyata mau lihat kontes itu dan kangen ingin bertemu timnya. Dia keluar atau tepatnya dikeluarkan dari tim, karena pas ada acara yang sangat penting entah apa itu namanya, yang pasti membuat dia bersinar dengan prestasinya, yaitu di kirim ke hongkong apa korea ya? Lupa aku, salah satu pokonya. Sempat timnya marah dengan dia. alasan yang memang terjadi adalah mamanya masuk rumah sakit dan dia harus jaga , riwa riwi, dsb, sehingga tidak bisa ikut acara yang diselenggarakan. Dan aku yang menemani dia waktu itu. matanya bengep , terlihat kalau dia lelah, dan sempet – sempetnya ngajak aku keluar di salah satu cafĂ© langganan. Tanpa sengaja aku baca wall fb.nya , ada salah satu teman dari tim menyindir kalau alasan ketidak hadirannya karna mamanya sakit tapi kok bisa “mbojo” . nelongso banget bacanya 

Yasudah lupakan. Dari keikutanku menjadi panitia ini, aku mengenal mas bejo. Sebutannya di kampus. Salah satu mahasiswa teknik mesin. Dia mendekati aku, karna melihat aku yang waktu itu sendirian dan pendiam banget. Maklum lah, aku kan ga mau cari muka kayak yang lain. Ups.

Dia mengajak aku ngobrol dsb, fikiran tentang aku yang cuek sombong telah hilang sesaat terlelap dalam obrolan. Selama 2 hari itulah dia aku anggap masku. Memang sebenarnya banyak dari cewek – cewek yang agak sinis ngeliat aku dideketin dan ngobrol sama mas bejo. Tapi cuek bebeklah. Mulai dari itu aku kenal sangat dekat, dia sudah banyak membantu aku ngeliput, cari narasumber di FT, ngajakin makan siang, jalan – jalan , curhat bareng. Banyak deh pokoknya. Sampai – sampai sering aku maen di lab robotikanya.

Nah anugrah kali ini adalah aku punya mas yang baik banget di kampus.
Simple kan. Anugrah itu bukan aku menjadi anggota dewan atau menantu presiden, tapi hidup yang tiap harinya punya makna sendiri itulah anugrah. Sakit , kecewa , bahagia. Nikmatilah. Mereka sudah suratan Tuhan. Ilmu ikhlas memang tidak ada di bangku sekolah atau kuliah, tapi ada pada kehidupan. Kehidupanlah yang membuat aku belajar agar benar – benar hidup, bukan hidup yang terkutuk oleh ketidak ikhlasan.
Hargailah orang yang menyakitimu dan mencintaimu. Mereka anugrah yang tersirat dari Tuhan

Jumat, 01 November 2013

Lilinku akan meredup

kau tegakkan lilin yang tersungkur di atas meja. batang lilin kau pegang dan menyulut sumbunya dengan korek api. sekejap redupannya membuat bayangan kita tersorot di tanah. aku dan kamu menjadi bayangan nyata yang hidup. aku dan kamu dulu hanya sebuah pelengkap saat kau jatuh. menggandengmu dengan tangan dan mendekapmu dengan kehangatan. namun sekarang, meja ini seperti di kelilingi miss cupid. berebut ingin duduk bersama kita, menyahut sebuah lara yang terpendam. 

aku dan kamu adalah jarak, aku dan kamu tidak bisa membuat hatiku dan hatimu menjadi hati kita. aku hanya bisa mendengar suara dari bibirmu, atau kau yang hanya bisa melihat hatiku dengan kedua matamu. aku dan kamu tetap tidak bisa seiring mendegupkan hati kita. aku dan kamu adalah makhluk yang terpisah.

"dingin sekali tanganmu, apa kau tak enak badan ?" rangkulnya penuh kekhawatiran
"tidak, aku hanya sedikit gugup di balik meja ini" sungging bibirku ingin memecahkan keheningan.
"mocha yang kau pesan hampir dingin" dia mencoba mengingatkanku

ku raih cangkir keramik dan menadahkan di atas lepek. ku seduh perlahan. ratusan tetes masuk kerongkongan yang membuat lamunan. tanpa sengaja, aku memerhatikan percikan api di atas sumbu lilin. api yang bergoyang, tersapu oleh angin. sekejap dan perlahan lilin itu menjatuhkan diri. dia merasa panas. tapi dia ingin menerangi insan yang haus akan cahaya.

***

Ara

aku lelah menjadi budak cinta. aku lelah merubah aura bahagiaku menjadi nestapa. aku lelah duduk di atas awan yang berduri. aku lelah mengepakkan tangan untuk terbang. 

"apa yang kau mau ? tidakkah selama ini aku memperhatikanmu!!!" tegasku
"aku butuh kamu dan aku butuh perhatianmu " bentaknya
"tidakkah kamu tau aku dan tugas - tugasku sudah cukup seperti pacar, mereka menguji kesabaran dan usahaku, dan akan berjanji memberikan aku hasil yang nyata. tapi kamu apa ? selama ini aku bersabar dengan kesibukanmu, tapi kenapa di saat aku seperti ini kamu seperti babi dungu !" perasaan yang sudah membuatku naik pitam
"ya aku memang seperti ini. aku ingin di perhatikan dan aku cuek"

jika lidi ditusukkan ke nadiku dengan keras, mungkin bisa mematikanku. aku ingin teriak, tapi pita suara sedang membisu. dada yang ingin aku lempar jauh di sampah. terbakar , hangus, dan jadi abu. tapi apa daya. aku wanita yang lumpuh.

***

Tama

lirihku yang terhenti di kamu. nafasku yang kau rebut. nyanyian yang tersebar di sepanjang jalan. sepanjang dimana kita berjalan. mengenalmu adalah anugrah dan memilikimu adalah keindahan.  jika kau pergi dalam sebuah keegoan, lalu dimana aku bisa mengambil kembali separuh nafasku.

 "apa yang kau lakukan ?" tanyaku
tanpa kata, dia menyambar gadget yang ada di genggamanku
"apa yang kau lakukan ?" tanyaku lagi
"aku tidak melakukan apa - apa " jawabnya singkat
"lalu maksudmu ini apa ?" tegasku kembali
"sudahlah, aku bosan dengan kamu yang selalu mengatur - atur hidupku. tidakkah ini milikku, kenapa kau lancang mengobrak abrik isinya" jawabnya ketus membuat orang disekeliling meja kita menghentikan kunyahannya.

entah apa yang meracuni gadis manisku ini. genap satu tahun kita menjalin kasih. kenapa dengan seenaknya membuang sia - sia. aku yang sudah tertekan dengan kanker di otak, tak ingin berfikir banyak. biar hatiku saja, aku rasa dia lebih mampu.

***

peluh kita menjadi satu. satu jejak yang menapaki belenggu. kaku yang memilu menopang aku dan kamu. 

sering sekali aku membuatmu tertawa sinis saat aku menyinggung mantan kekasihmu. sebalikknya kamu, selalu menggoda aku akan kegalauanku. hang out berdua bukan lagi hal asing dan spesial bagi aku dan kamu.
bibir di antara kita memang tidak bisa menyuarakan, tapi gerikku dan kamu yang membacakan isi hati.

di suatu sore kau mengajakku di taman, belakang kampus. aku tahu kalau kau mengajakku berarti hatimu sedang jenuh. dan aku menemanimu tanpa ada harapan.
langsung aku ambil langkah menuju bangku panjang, aku duduk dengan membawa pena dan notes. kau menyusul dengan langkah perlahan.
kau menghabiskan sore dengan lamunan kosong. aku tak menghiraukan. ku sibukkan fikiranku dengan pena yang ku pegang.
melihat kemuramanku di atas lembaran kertas, tanpa berfikir banyak, kau sudah tau apa yang ku lakukan dan lagi - lagi kau menertawakanku saat aku melampiaskan kekesalkan di atas kertas dan membuangnya ke bak sampah. dengan cueknya aku tak mempedulikan ocehannya.

kau yang terlihat gelisah di atas bangku taman, mengayunkan kaki berirama. pandangan yang jauh dari alam pikiran. aku melihatnya , seperti aku merasakannya. aku dan kamu yang selalu bersama, membuatku lupa sakitnya tamparan - tamparan orang tersayang. mungkin kamu juga merasakan, atau biasa saja. entahlah, aku dan kamu memang sebuah jarak yang tak berjengkal.

aku dan kamu seperti jari telunjuk dan punggung telapak tangan, kita dekat , kita satu ruas. tapi, jari telunjuk tidak akan pernah bisa menggapai punggung telapak tangan. mereka hanya tau saat jari terluka atau punggung telapak tangan yang terkilir. tapi mereka tidak akan pernah bisa mengobati, mereka hanya pelengkap yang membuat sempurna.

***

lilin yang terlelap dalam api membuatku teringat saat kau menyalakan dan membiarkan padam tertelan angin. dan menyulutkan kembali dalam kebekuan.
aku seperti lilin yang kau nyalakan saat merasa gelap. deruh api yang menghabiskan sumbu membuat semakin samar kehadiranku. rasakanlah hangatnya api dan matikanlah seluruh bohlam , agar aku tau cahayaku. karna lilinku tak lama lagi akan padam.


aku dan kamu, jari telunjuk dan punggung telapak tangan, adalah jarak dan cahaya lilin yang semakin meredup.