Wajah yang terus berlalu. Sekarang bahasan bukan lagi karena
cinta atau sakit hati, tapi sebuah anugrah. Anugrah yang tanpa aku sadari ada.
anugrah yang ternyata diam – diam menyelinap di kehidupanku.
Akan ku awali. Aku bukanlah orang yang pandai menulis, aku
orang yang malas mau ngapa – ngapain. Aku dan kehidupanku saat itu biasa –
biasa saja. Mungkin aku tidak pernah mengambil sisi positif dari apa yang
dinamakan kecewa. Mulai dari itu dan saat kekecewaan itu datang dari sekian
kalinya, aku mencoba mengambil anugrah apa yang diberikan Tuhan.
Pada tahun 2011, aku dipertemukan oleh seseorang yang tak
aku sangka aku akan mencitainya sepenuh air di samudra. Sebut saja dia Galih,
awal kedekatanku mungkin terlalu panjang jika saya jabarkan dan itu sudah saya
jabarkan pada postingan lawas paling awal sendiri. Langsung pada akhir. aku dan
nya mengakhiri hubungan itu karena kita tidak sepaham –agama. Aku sangat
mencintainya dan dia juga sebaliknya. hal yang membuat aku geli, ketika dia
berkata untuk menjadi selingkuhan saat sudah punya pasangan masing – masing. Itu
satu diantara guyonannya yang bikin aku rindu.
Aku rasa cukup.
Perjalanan cinta kita memang bukan hal yang pertama, tapi
bagiku itu hal pertama yang memilukan –kehilangannya. Di saat awal kepergiannya
membuat aku kehilangan satu kaki, 5 jari, secuil hati, dan seluruh ujung saraf.
Semua rasanya mati. Tidak ada yang mendengarkan ceritaku saat itu, maka ku
putuskan untuk menulisnya. Awal aku bikin langsung 5 lembar. Dan aku cetak,
sekarang terselip di salah satu catatan biologiku. Tidak lama kemudian aku
mengenal blog. Di situ aku ingin membuang seluruh beban yang ditinggalnya. Berharap
dan bermimpi suatu saat nanti ceritaku ini akan masuk layar lebar, eh selang
beberapa bulan, ada film yang mengisahkan sama dengan kisahku “cinta tapi beda”
kalo ga salah itu judulnya. Aku kroscek asal usul film itu, dan ternyata
seorang sutradara membaca blog dari seorang cewek , sebut saja dwitasari yang
mengisahkan perbedaan. Karena tertarik, maka karya pertamanya sebelum di
filmkan yaitu diterbitkan sebuah novel yang berjudul raksasa dari jogja. Huh..
semenjak itu, aku berhenti menulis tentangnya. Karna aku ga pengen di anggap
niru – niru.
Langsunglah semangatku yang semakin meluap. Keinginanku untuk
belajar menulis mulai terpacu. Mengikuti organisasi yang terfokus pada tulisan,
namun yang aku cari tidak dapat. Aku putuskan untuk keluar dan fakum 3 bulan. Setelah
itu ada perekrutan wartawan kampus. Waahh , aku semakin menjadi jadi. Tanpa
banyak fikir Aku langsung bilang “sanggup ikut” . kehilangan tujuan. Tapi agar
hidupku tidak galau akan postinganku yang ga penting di blog. 2 bulan berjalan
dan aku memenuhi persyaratan untuk menjadi waratwan kampus, menulis situs resmi
kampus, mengisi future di majalah, jurnal wisuda, sampai Koran surya. Sungguh hal
yang luar biasa. Inilah anugrahku , terima kasih. Lukaku terbayar bukan karna
mendapatkan pengganti yang lebih baik darimu, tapi sebuah kesempatan.
Yang ke dua,
Tahun 2012, mantan pacarku adalah seorang enginer di salah
satu institute ternama di Surabaya. kecintaannya pada robot sejak SMA memang
tidak bisa ditinggalkan. Berbagai penghargaan telah di raih. Aku kagum
kepandaiannya. Namun karena suatu hal, kita berpisah, mungkin sempat kita
menyambung kembali hubungan ini, tapi tidak berhasil. Anggap saja memasang
kembali cuilan pot yang sudah pecah. Secara tampilan dan kekuatan, sangat
rapuh.
Okelah , 8 bulan kemudian. Disela sela kesibukanku sebagai
wartawan kampus, salah satu teman sekelas menawari aku untuk meliput sebuah
acara besar, yaitu KRI tingkat regional. Dengan sangat senengnya aku
mengiyakan. Seminggu sebelum acara di mulai, dia meminta aku untuk menemani
rapat panitia. Karna aku merasa dia sudah ada niat untuk mendukungku, aku
sanggupi. Alhasil tujuanku bukan hanya meliput acara itu,tapi menjadi bagian
dari panitia. Sang mantan yang masih saja menghubungi aku ternyata mau lihat
kontes itu dan kangen ingin bertemu timnya. Dia keluar atau tepatnya
dikeluarkan dari tim, karena pas ada acara yang sangat penting entah apa itu
namanya, yang pasti membuat dia bersinar dengan prestasinya, yaitu di kirim ke
hongkong apa korea ya? Lupa aku, salah satu pokonya. Sempat timnya marah dengan
dia. alasan yang memang terjadi adalah mamanya masuk rumah sakit dan dia harus
jaga , riwa riwi, dsb, sehingga tidak bisa ikut acara yang diselenggarakan. Dan
aku yang menemani dia waktu itu. matanya bengep , terlihat kalau dia lelah, dan
sempet – sempetnya ngajak aku keluar di salah satu cafĂ© langganan. Tanpa sengaja
aku baca wall fb.nya , ada salah satu teman dari tim menyindir kalau alasan ketidak
hadirannya karna mamanya sakit tapi kok bisa “mbojo” . nelongso banget bacanya
Yasudah lupakan. Dari keikutanku menjadi panitia ini, aku
mengenal mas bejo. Sebutannya di kampus. Salah satu mahasiswa teknik mesin. Dia
mendekati aku, karna melihat aku yang waktu itu sendirian dan pendiam banget. Maklum
lah, aku kan ga mau cari muka kayak yang lain. Ups.
Dia mengajak aku ngobrol dsb, fikiran tentang aku yang cuek
sombong telah hilang sesaat terlelap dalam obrolan. Selama 2 hari itulah dia
aku anggap masku. Memang sebenarnya banyak dari cewek – cewek yang agak sinis
ngeliat aku dideketin dan ngobrol sama mas bejo. Tapi cuek bebeklah. Mulai dari
itu aku kenal sangat dekat, dia sudah banyak membantu aku ngeliput, cari
narasumber di FT, ngajakin makan siang, jalan – jalan , curhat bareng. Banyak deh
pokoknya. Sampai – sampai sering aku maen di lab robotikanya.
Nah anugrah kali ini adalah aku punya mas yang baik banget
di kampus.
Simple kan. Anugrah itu bukan aku menjadi anggota dewan atau
menantu presiden, tapi hidup yang tiap harinya punya makna sendiri itulah
anugrah. Sakit , kecewa , bahagia. Nikmatilah. Mereka sudah suratan Tuhan. Ilmu
ikhlas memang tidak ada di bangku sekolah atau kuliah, tapi ada pada kehidupan.
Kehidupanlah yang membuat aku belajar agar benar – benar hidup, bukan hidup
yang terkutuk oleh ketidak ikhlasan.
Hargailah orang yang menyakitimu dan
mencintaimu. Mereka anugrah yang tersirat dari Tuhan