Rabu, 01 Juli 2015

Aku rindu malammu..
Aku rindu siangmu..
Aku rindu teriakanmu..
Bulan kini sudah tak lagi mengabariku..
Matahari yang kini hanya membakar..
Keteduhan yang deras seperti hujan sudah lama mengering.
Tak ada lagi suara akan cerita masa depanmu,
Tak ada lagi tawa akan cerita masa depan kita, anak anak kita -keluarga kita..
Semua tertelan bagai tak ada jeda.
Nafas yang lama pergi..
Nafas yang tak lagi bernafas..
Jauh.. Jauh hanya aku bisa memandangmu,
Kebahagiaanmu, masa depanmu, kini terlihat.
Hanya bisa melihat semuanya, semua yang pernah kau ceritakan..
Kasih..
Langit sore yang meneduhkan,
Langit sore yang selalu jadi saksi..
Kini aku menuliskanmu pada sore (lagi)..
Sore yang ada bahagia dan cerita..
Yah. Sekarang hanya tinggal bahagia dan cerita..

Yang enggan membuatmu menyapa..

Selasa, 09 Juni 2015

bisikkan aku rayumu itu
bisikkan aku manjamu itu
cinta
seperti raga terpisah
rintih yang sia
jika hanya satu saja yang cinta, ini namanya bukan cinta
cinta ada karena aku dan kamu
cinta tak bisa sendiri
jika sendiri bukan cinta
jika sakit bukan cinta
jika jenuh bukan cinta
jika menangis bukan cinta
nafas tidak akan bisa disebut nafas kalau tidak pernah ada kata menghirup dan menghembuskan
jika hanya menghirup saja itu sesak
jika hanya menghembuskan saja itu mati
jika yang kau cinta pergi itu bukan cintamu
maka pergilah

Senin, 01 Juni 2015

terikat dalam dosa
air mataku masih kah kau berikan belas ?
Tuhan, jika dosaku seperti nafas apakah yang ku hirup sebuah penebusan ?
dan apakah ku hembuskan adalah dosa ?
hidupku sama saja
aku masih makhluk yang terkutuk
mungkin doaku kau anggap angin yang menyibak
tak ada pantas makhluk yang penuh nista masih berharap belasmu.
Tuhan,
jika setiap langkahku hanya lah dosa,
aku  pinta padamu, jadikan hembusan terakhirku sebgai ungkapan rasa syukur.
terimalah…
Kehidupan yang semu
Berjalan dalam mimpi
membalas keringat demi keringat yang terurai
mengusap sepercik air yang perlahan jatuh
kesedihan. kebahagiaan dalam kehidupan
yang akan terbangun lagi kelak
kehidupan yang nyata
ini tak abadi
ini tidak sedih
ini tidak bahagia
ini hanya mimpi
akan ada yang lebih nyata dari sebuah perih
akan ada yang lebih nyata dari sebuah bahagia
jika perih dan bahagia akan menelungkupkanmu pada angkuh
bahagiapun akan menjadi perih

Sajak yang tertinggal
di dalam ruang kosong yang menyudutkan huruf A
Aku, hanya Aku yang tinggal
Aku, dalam ruang kosong yang memekik
ruang kosong tidak mengijinkan kAmu disini untuk menjadi kitA
Aku, tetap saja Aku disini sendiri
terbingkai semu

Minggu, 15 Maret 2015

Selalu mengharap ridho.mu Tuhan

A: Kamu kemana ? setiap aku telfon lama angkat !
B: Aku di rumah (aku lagi di masjid, aku tidak tau harus kemana lagi tanpa kamu, selain mendekat pada-Nya)
A: setiap aku kirim pesan selalu balasnya lama. siapa saja yang kau balas selain aku ?
B: maaf sayang, aku sambil nonton tv. ga kedengeran kalo ada pesan masuk. (aku baca Al quran, aku bercerita pada-Nya sampai kapan aku merasakan ini, sampai kapan jarak ini berakhir)

di sela setiap masalahku selalu ada kamu, iya kamu dan sebuah masalah.
aku menunggu sesuatu yang tak jelas. aku menunggu sesuatu yang aku tak tau apa itu cinta.
aku menangis sesuatu yang hanya aku merassakan sedih.
dulu aku tak mencintaimu, dulu aku tau aku begitu egois untuk cinta padamu.
tapi ketika tanyaku pada Tuhan, dalam mimpi jawabnya itu kamu.
tapi apa itu sebuah jawab ? jika sebuah jawab kenapa sesakit ini ? kenapa serumit ini Tuhan ?
apa ini hukumanku ?
tapi.. dia dulu juga seperti itu -atau mungkin karena ku abaikan. entahlah..
tapi tolonglah aku atas ketidak pastian ini.
Aku sendiri pada sebuah malam, tanpa tanya, tanpa suara.
Aku abaikan semua yang mencoba menemaniku, tapi aku jawab tidak.
Lalu apa yang aku lakukan ini benar Tuhan ? Setia padanya ?
Apa dia juga setia di sana ?
Tuhan.. jangan jadikan penantianku ini sia - sia, jika yang ku nanti ternyata bukan dia. Aku mohon belasmu agar kau menggantikan yang jauh lebih segalanya dari dia.

Jumat, 06 Maret 2015

Terbuai dalam Lelap

         Gegapnya daun bundar telur berbalik yang ikut melambai bersama tangkai – tangkai hijau kecoklatan, mengisyaratkan masih ada kehidupan disini. Hembusan angin menyisir lapisan kulit kita tanpa sela, menyapu ribuan debu yang menancap. Kulit yang seharian menghabiskan waktu bersama dan di sini titik lelah kita. Di bawah pohon Ketapang, ku sandarkan kepala di pundakmu. Kau raih tanganku, merebah dan membelaikannya di pipimu, sedangkan aku masih sibuk menikmati rasa nyaman berada disampingmu. Manja! kamu sering manja jika ada aku, begitu pula aku. Terkadang banyak orang iri melihat kau yang selalu memegang tanganku dimanapun. Erat kepalan tanganmu, seakan tak ingin kehilanganku. Tiba – tiba pandangan lurus angkuhmu berpaling ke arahku yang sejak tadi memandangimu, kamu tersenyum membalas. Lalu kau kecupkan bibir di keningku. Kita saling menatap tak bicara, hanya mata binar yang mengisyaratkan “aku mencintaimu”. Ku rebahkan lagi kepala di pundakmu. Belum sempat sandar di pundak, kau pegang kepalaku dan menghindarkan pundak yang akan menjadi tumpuanku. Aku terkejut dan tak biasanya kamu seperti ini. Aku menatapmu tanpa sebuah tanya. Tanpa sebuah jawab pula, kau meletakkan kepalaku di atas pangkuanmu.
         Ratusan helai rambutku tak luput dari belainmu, sembari menceritakan kehidupan kita kelak. Sebuah rumah yang nantinya akan diramaikan anak-anak kita. Anak dari cinta kita yang kuat. Terlelap jauh bercerita tentang keriangan mereka. Kau menceritakan masa kecilmu, jika tidak akan bisa tidur sebelum diputarkan lagu dari Emilia – Big Big World dan mama yang sering menemanimu tidur dengan menyanyikan lirih hingga kamu terlelap.

“ kamu tau lagu yang aku maksud ?” tanyamu menunduk ke arahku

“tidak pernah tahu” jawabku singkat dalam pangkuan

Seketika, kamu merogoh ponsel yang ada di saku celana, lalu mendekapkannya di telingaku.

I'm a big big girl in a big big world, It's not a big big thing if you leave me. but I do do feel, that I do do will. miss you much, miss you much... 
I have your arms around me ooooh like fire, but when I open my eyes you're gone...

Masih beberapa bait aku terhanyut lirik lagu yang menyekap pikiran, kamu menceritakan tentang lagu itu.

“ Kasihan wanita ini. dia begitu mencintai kekasihnya tapi di tinggal pergi “

Sentak aku mengangkat badan dan langsung membalas pernyataannya “ Galih, kamu tidak akan meninggalkanku kan ?”

“ Tidak sayang. Sudah berapa kali kamu bertanya ini? aku tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan apapun” dia meremat kedua bahuku dan mencoba meyakinkanku

“ Meskipun kita beda ?” tanyaku tegas.

“ Kita akan lalui, meski tanpa restu orang tua untuk menikah. Kita akan membawa anak – anak
kita ke kakek dan nenek mereka “ kedua tangannya kini berganti mengepal ke dua tanganku.

“ Mereka pasti menolak kehadiran kita “ jawabku pasrah.

“ Tidak. Tidak mungkin mereka setega itu kepada kita. Percayalah sayang. Asal kamu mau menungguku pendidikan taruna selama 4 tahun. Apa kamu sanggup ?” sambil mendongakkan
daguku

“sanggup, jika kamu tidak meninggalkanku” aku tertunduk pilu

Dia peluk aku rapat, dan berucap “ I love you”. Bisikannya membuat hatiku luruh terbuai dalam
peluknya. Hingga dia melepas pelukan dan memasang muka sebal. “ Kenapa tidak kamu balas ?”
ucapnya. Aku tersenyum geli dan berkata “ I love you too sayang”. Lalu dia mendekapku lagi.
Mendekap lama... dan lama.

Kringg kringg! Alarmku berbunyi. Tepat pukul 03.00. Aku menggapai mini compo yang
suaranya berpapasan dengan alarm. “ Big – big world  by Emilia “ playlist yang masih mengalun,
hanya satu list lagu itu yang menemaniku tidur.

            Aku masih duduk tertegun di atas kasur sambil mendengar alunan lagu yang terus berputar ulang tanpa jeda. Melamunkan kejadian tadi. Aku lihat tanganku – tak ada genggamanmu. Aku tengok ke kanan – tak ada kamu. Ternyata kejadian tadi adalah sebuah mimpi yang nyata. Mimpi karena aku dalam lelap tidur dan nyata karena apa yang terjadi benar – benar nyata. Kejadian dua tahun yang lalu. Masih tersimpan rapi dalam memori otakku, tak ada satupun virus yang mampu
merusak. Sekalipun dia telah pergi. Pergi jauh dengan cita – cita besarnya, menjadi seorang
prajurit negara. Hanya ini yang tertinggal, sebuah lagu yang dapat menemaniku tidur, sebuah
lagu yang dapat merasakan tidur di pangkuannya lagi. Galih, aku merindukanmu... Miss you so 
much...

Prokk prokk prokk.  Ratusan pasang sepatu menghantam tanah berkali kali. Mengalihkan lamunanku untuk beranjak di dekat jendela. Dibalik tirai aku melihat ratusan taruna yang sedang
berlatih malam. Ratusan kali pula aku menapaki wajah untuk menemukan sosokmu. Namun tidak nampak. Sungguh bodoh aku mengharap mendapati wujudmu, sedangkan wujudmu sendiri masih terkungkung pagar beton yang jauh di sana, di Pulau Sumatera.

***

            Gaduh sesaat pintu terbuka, saling berebut segera meninggalkan ruangan. Penat akan puluhan soal try out membuat mereka tidak betah berlama-lama di ruangan ini. Di tengah himpitan mereka, aku sibuk memburu sudut ruangan. Ku langkahkan kaki menjauh dari ruang kelas menuju lobby. Segerombol anak kelas IPS 1 yang menunggu jam masuknya tiba, menatapku seperti pasukan kuda yang siap menarik busur panah. Mata mereka menyergap asing. Aku palingkan muka dari mereka. Di balik kaca yang berembun sehabis hujan, aku menemukan sosokmu. Tanpa memberi isyarat atas kehadiranku, kamu menoleh ke arahku. Entah mengapa aku segera berpaling menuju bangku depan kelas yang mulai sepi. Aku gugup dan salah tingkah kali ini. Kaki yang menggantung di atas kursi kayu tak hentinya aku ayunkan. Menghilangkan rasa gugup untuk pertama kalinya berhadapan denganmu. Detak jarum jam sedetak dengan alunan jantungku, dan sedetak pula dengan langkahan kakimu yang sudah dihadapanku membawa sebatang coklat.

“ Rara “ sapamu menggertakkan lamunanku

“Eh galih. Ini (menyodorkan secarik kertas yang berisi jawaban try out). Kayaknya salah semua
tuh jawabanku “ ucapku ragu.

“ Biar aja. yang pasti ini jawabanmu sendiri kan? Ini coklatnya sebagai balik jasa. Aku mau
masuk kelas dulu” dia segera berlalu tanpa memberi alasan kenapa meminta jawaban dariku.
Cowok aneh, kenal juga karena try out bareng di Universitas Mega (UM), meskipun kita satu LBB tapi aku tidak pernah mengenalnya.
         Setelah dia pergi, aku menatapi coklat ini, coklat ini beda dengan coklat lainnya. Yah.. memang benar. Semenjak itu, coklat menjadi pemanis hubunganku dengan dia. Aku menjalani kasih dengannya, sesuatu yang tak pernah ku sangka. Mengenalnya adalah suatu kebetulan, apalagi memilikinya, sebuah hal diluar dugaan.

I'm a big girl in a big world
Dan kamu telah berhasil menyulap aku menjadi wanita yang besar, wanita yang telah 
menemukan jati dirinya sebagai seorang wanita. Berhati lembut, tulus, penuh perjuangan dan kasih sayang. Itu semua jiwa yang dimiliki seorang wanita besar di dunia yang besar ini, dan aku 
milki itu. Hanya aku wanita yang mampu seperti itu setelah aku mengenal cinta darimu.

“ Rara “ tegur Aksa di atas kasur.

“ Sudah ambil air wudhu ?” lanjutnya.

“ Belum “ aku tergagap di balik tirai.

“ yasudah.. Buruan ambil wudhu, keburu adzan shubuh loh ya” pesan Aksa sebelum melanjutkan
tidurnya.

Aku yang masih menyingkap tirai, terengkuh dengan masa itu. Masa perkenalan kita. Masa yang
telah berlalu bersama uraian debu dan tertindas karena perbedaan.

Akhir ! Satu kata yang kamu pertegas disaat keteguhan iman bergejolak dengan cinta. Mengorbankan cinta demi memegang teguh keyakinan, mengabaikan janjimu untuk memperjuangkan hubungan kita dan menciptakan senyum mereka –anak kita. Semua sirna, Semua hanya sekejap. Kebahagiaan itu dalam lelap. Aku hanya bisa terlelap merasakan indahnya cerita kita dan saat aku membuka mata, semua hilang. Semua pergi.

Kini tiap pukul 03.00 subuh aku sudah terbiasa bangun. Dulu aku bangun untuk menenangkan pikiran dan hatiku yang kacau atas kepergianmu dengan bersujud kepada Tuhan, dan sekarang aku bangun untuk meminta Tuhan agar mengembalikan hati yang telah lama bertengger di rusukmu. Hati yang sudah tidak menjadi hakmu. Hati yang sudah membusuk selama dua tahun karena kau biarkan. Kamu mengabaikan cintaku yang masih utuh. Atau kamu sudah benar-benar berniat melupakanku, melupakan kejadian kita, melupakan janjimu, atau mungkin aku masih belum bisa menerima keadaan bahwa kita berpisah karena perbedaan. Entahlah, yang pasti aku ingin hatiku kembali. Aku tidak sanggup jika hatiku masih ada dalam genggamanmu, aku tak sanggup menahan rasa rindu yang tak akan pernah berujung.

When I open my eyes, your gone
Inilah kesibukanku ketika luapan rindu ada di ubun - ubun, menutup mata ! tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali menutup mata dan memutar kejadian 2 tahun lalu hingga terlelap. Sebatang coklat yang manis –sebatang coklat yang menyatukan kita. Alunan lagu saat aku dipangkuanmu –alunan yang biasa kudengar saat aku benar-benar merasakan rindu. Bersamamu –hanya bisa mengenang masa itu.
Kini aku dalam lelap. Tertidur hingga bermimpi bertemu kamu memelekku kuat. Dan saat aku membuka mata, bukan kamu yang membangunkanku, bukan mata binar yang selalu mengisyaratkan cinta, bukan lagi wajah manja yang aku lihat, tetapi lelaki lain. Laki – laki yang melingkarkan cincin berlian di jari manisku dengan bersumpah demi nama Tuhan akan menjaga dan menyayangiku hingga maut memisahkan.

“ Rara “ bangunnya perlahan membuka kelopak mataku

“ Kamu tampak lelah sekali sayang hingga tertidur. Ayo bangun, kita sholat shubuh jamaah”

Aksa mengusap kepalaku yang berbalut mukenah dan segera berlalu mengambil wudhu. Aku masih tergolek di atas sajadah merasakan sakitnya kepala. Terlalu dalam aku mengingatnya, terlalu dalam pula aku merindunya, membuat kepalaku sakit, sakit karena tidak bisa menyatu lagi cinta ini. It's not a big thing if you leave me

"Kasih.. jika melupkannmu seperti menghembuskan nafas, mungkin aku tidak akan sesesak ini. 
Kasih.. jika melupakanmu seperti mengedipkan mata, mungkin aku tidak akan sebuta ini. 
Kasih, kembalikan hati yang ku beri. Hati yang kita tukar dulu. Aku tidak sanggup jika hidup tanpa hati, karna hatimu telah dulu kau ambil. Kini aku telah bersuami, aku merasa berdosa pada dia yang tidak pernah merasakan kuatnya cintaku yang masih ada di dirimu. Sampai kapan aku berdusta di tengah genangan keringatnya mencintaiku ?"